Lembaran Kehidupan

                   “Hidup ini seperti buku. Sampul didepan adalah tanggal lahir, dan sampul dibelakang adalah tanggal kepulangan. Tiap lembarnyap adalh hari-hari dalam hidup kita. Ada buku yang tebal. Ada pula buku yang tipis. Hebatnya, seburuk apapun halaman sebelumnya, selalu tersedia halaman selanjutnya yang bersih, baru dan tiada cacat. Sama dengan hidup kita, seburuk apapun kemaren, Tuhan selalu menyediakan hari baru untuk kita. Kesempatan baru untuk bisa melakukan sesuatu yang baru pula. Memperbaiki kesalahandan melanjutkan cerita yang sudah ditetapkan”.
Ketika seorang mengungkapkan kata-kata itu, aku tak bisa berkata-kata. Semuanya seperti menampar kesadaranku. Betapa tidak, selama ini aku memang acuh tak acuh dengan kehidupan yang sedang ku jalani. Hidup selalu diisi dengan tulisan bahkan lembaran yang hitam. Baik dilakukan secara sadar atau tidak semua keburukan itu terjadi setiap hari. Kebohongan, penipuan, sumpah serapah, penghinaan, atau pikiran-pikiran kotor lainnya selalu ada dalam tubh ini.
Sebagai manusia yang berpikir dan berakal, aku tak pernah menggunakan kedua hal itu untuk kebaikan hidup. Jangankan untuk orang lain, untuk diri sendiri tak pernah terpikirkan. Aku memang sedang dihanyutkan oleh pikiran-pikiran kotor itu, sehingga lembaran kehidupan penuh dengan kegelapan. Terkadang, hal itu memang memberikan keuntungan, tapi secara keseluruhan malah merugikan diri sendiri. Keuntungan yang diraih, entah itu dalam bentuk, uang, benda, dan lain sebagainya malah tidak membuat saya puas. Semua terasa kurang.
Walapun tidak dengan nada bersemangat dan berapi-api, tapi ucapan teman itu terasa menusuk ke dalam hati. Ada rasa tersindir, namun ada pula rasa tidak mau menerima. Begitulah sikapku sebagai manusia angkuh, sombong, dan tamak. Semua yang dikatakan orang tentang kebaikan lebih banyak diingkari walapun tidak dilakukan secara langsung. Ada saja alasan agar hal itu tidak benar.
Benarkah Tuhan selalu menghadirkan lembaran putih setiap hari. Benarkah Tuhan selalu memberikan kepada kita untuk berbuat kebaikan, atau apakah Tuhan selalu memberikan kesempatan kita untuk berubah?
Kalau kita perhatikan selama ini, bagitu banyak orang yang melakukan apa yang aku lakukan. Keburukan dalam bentuk penipuan, kebohongan, keserakahan, kesombongan, amoral, dan sebagainya selalu terjadi setiap saat. Setiap hari banyak orang menulis lembaran hidupnya dengan tulisan hitam. Sehingga lembaran itu menjadi buram. Anehnya, mereka sepertinya senang dengan hidup seperti itu. Demikian pula denganku. Lembaran hitam tidak selalu membawa kesengsaraan. Walaupun terkesan semu, kebahagian yang didapat membawa kesenangan. Umumnya hal itu yang dicari oleh manusia. Semu atau tidak, tak penting. Yang penting bahagia.
Kembali ke hal yang diungkapkan oleh teman saya tersebut, ada hal yang harus disadari. Buku kehidupan kita ditentukan oleh kita. Tuhan hanya akan menuliskan sesuatu yang pasti yaitu halaman pertama, dan halaman terakhir. Untuk halaman-halaman isi, terserah kepada kita untuk menuliskannya. Mau hitam atau putih terserah kita. Untuk membuatnya buram atau bening juga terserah kita.
Jadi, sudahkah anda menuliskan lembaran kehidupan anda hari ini?

0 komentar:

Post a Comment