"Namun, jika mereka mengalami sebuah perpisahan dengan orang
yang paling mereka cintai. Lantas mereka mengatakan, cinta yang kumiliki
benar ikhlas untukmu. Ada maupun tidak ada dirinya cinta ini akan tetap
kujaga. Maka, inilah cinta yang seutuhnya. Cinta yang tidak termakan
waktu, cinta yang tidak dibatasi kematian, cinta yang tak termakan usia,
cinta yang tahu dimana akhirnya berujung"
Sahabatku…
Inilah kisah sosok pencinta sejati yang dimiliki oleh dokter muda.
Mudah-mudahan dari kisahnya, kita dapat mengambil pelajaran berharga
bahwasanya cinta memang harus memiliki. Selamat menikmati!!!
Kepergianmu yang begitu cepat meninggalkan dunia ini…meninggalkan
diriku dan kedua anak kita (Ubaidillah dan Syifa)..apalagi engkau pergi
dalam keadaan mengandung anak kita…sang mujahid atau mujahidah kecil
calon penghafal Qur’an…sungguh bagaikan mimpi.
Masih hangat dalam ingatanku tawa candamu,suaramu,kenangan indah
bersamamu Dinda…bahkan hari-hari terakhir bersamamu…tidak ada
tanda-tanda bahwa Dinda akan meninggalkan kami untuk selama-lamanya.
Seiap kali aku mengingat dirimu…mata ini tidak tahan untuk meneteskan
airmata..bahkan saat aku menulis surat ini.Saat kutatap wajah anak-anak
kita…aku sangat sedih bahwa mereka harus berpisah dengan umminya begitu
cepat…disaat mereka membutuhkan belaian kasih sayang darimu.
Masih hangat dalam ingatanku detik-detik terakhir saat Dinda pergi untuk
menghadap Sang Kholiq… Allah membangunkan diriku saat engkau menghadapi
sakaratul maut..ketika itu tepatnya hari jumat 11 maret pukul 03.00
dini hari…aku terbangun saat mendengar suaramu yang tidak seperti
biasanya..berbagai upaya aku lakukan untuk membangunkan dirimu sampai
anak-anak terbangun dan bertanya sambil menangis…”kenapa ummi tidak
bangun-bangun Abi..?”..akupun hanya bisa menghibur mereka “Ubaid dan
Syifa doakan Ummi ya Sayang”.
Melihat keadaan istriku yang tidak sadar,kuperhatikan nafasnya yang
sudah berhenti..namun aku masih belum yakin bahwa istriku sudah
pergi..maka saat itu juga aku telfon pamannya yang kebetulan tinggal
tidak jauh dari tempat kami…maka kami pun membawanya ke rumah sakit
bersama dengan anak-anakku.
Setibanya
di rumah sakit..maka dokterpun memeriksanya..dan hasilnya bahwa istri
dan bayi kami sudah meninggal dunia… meninggalkan kami untuk
selama-lamanya.Dalam hati aku bertanya…secepat inikah Dinda meninggalkan
kami..Maka aku panggil kedua anakku Ubaid dan Syifa untuk mencium Ummi
dan Adiknya yang masih dalam kandungan.
Aku kataka…”Cium ummi dan adik nak..katakan selamat jalan Ummi..ubaid
dan syifa sayang sama Ummi..kemudian mereka mencium perut umminya dan
“selamat jalan adik..jaga ummi ya..”.Kami pun semua menangis melepas
kepergiannya menghadap Robbul Alamin
Selamat jalan..wahai Mujahidahku tersayang…
Dinda memang terlahir untuk menjadi mujahidah…Allah telah membentuk
dirimu untuk hidup tegar.Sebagai anak semata wayang..Dinda pun harus
kehilangan kedua orang tua saat usia remaja.Ketegaranmu terhadap agama
Allah tidak menyurutkan niatmu untuk menjadi seorang Dokter.Bahkan
setelah menyandang gelar dokter..perjuanganmu semakin besar untuk Islam.
Selamat Jalan ..wahai Mujahidahku tersayang…
Kepergianmu yang begitu cepat…seakan-akan menyadarkan semua orang bahwa
memang ajal adalah sebuah misteri yang hanya Allah yang
mengetahui.Semuanya adalah titipan dari-Nya yang setiap saat Dia berhak
untuk mengambilnya dangan caraNya yang Maha Bijaksana.Walaupun terasa
begitu pahit…tapi aku yakin..bahwa inilah yang Terbaik yang Allah
berikan kepada kami.
Selamat Jalan ..wahai Mujahidahku tersayang…
Kami relakan kepergianmu untuk bertemu dengan Allah…Dia begitu sayang
kepada Ummi dan adik.Dan inilah saatnya Allah mengajarkan kepada kami
tentang makna kesabaran dan keridhoan.Abi faham..untuk menjadi single
parent tidaklah mudah…tapi inilah episode kehidupan yang harus Abi
lewati..Allah telah mengambil Ummi dan Adik..tetapi masih menyisakan
Ubaid dan Syifa yang juga merupakan amanah dari-Nya.Semoga Abi diberikan
kekuatan dan kesabaran untuk mendidik mereka menjadi mujahid dan
mujahidah seperti Abi dan Umminya atau bahkan lebih baik…Aminnn Ya Hayyu
ya Qoyyuum…
Selamat Jalan..wahai Mujahidahku tersayang…
Semoga kepergianmu dan anak kita tercinta..merupakan tanda-tanda
kebaikan husnul khotimah..Dinda pergi tanpa menyusahkan kami dan
bertepatan dengan hari Jum’at.Dinda lebih tahu dari kami semua…karena
Dinda sendiri yang merasakannya..bahkan mungkin saat ini Dinda sedang
bermain-main dengan si kecil disana.Semoga Allah melapangkan kubur Dinda
dan menjadikaannya sebagai taman syurga.Selesai sudah tugas Dinda untuk
menemani kami di dunia..kami akan sangat merindukanmu…
Selamat Jalan …..wahai Mujahidahku tersayang…
Yaa Allah….dariMu semua kebahagian dan duka ini…semua peristiwa adalah
cara Engkau berbicara dan menyapa kami.Kami yakin bahwa semua yang
engkau takdirkan adalah yang TERBAIK .Engkau Maha Bijaksana untuk
menguji hamba-hamba-Mu..
Sahabatku.
Tulisan tangan dokter ini, membuat kami semakin sadar bahwa mencintai
itu persoalan bagaimana kita mampu menjadi orang terbaik, di saat orang
lain meragukan kemampuan kita, di saat kita ditinggal orang yang kita
cintai, mencitai itu bagaimana seorang mampu memaknai sisa-sisa kenangan
yang terindah yang pernah tercipta bersama orang yang kita cintai.
Bukan malah menyalahkan, takdir yang tidak bersahabat dengan kita, bukan
malah menyalahkan ketidakadilan tuhan pada kita. Atau dengan kepasrahan
nyata, anda mengatakan cinta tak harus memiliki. Percayalah! Hakekat
cinta itu memiliki, kalau anda tidak siap memiliki cinta berarti diri
anda sendiri tidak mampu memberi kesempatan orang lain untuk mencintai
anda.
Sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepad dokter ini. Makanya , kisah saya abdikan dalam buku saya.
Info terakhir yang kami dapat mengenai dokter ini, sampai sekarang
beliau belum menikah. Disamping kesibukannya di rumah sakit. Beliau juga
tetap setia menjaga dua buah hati hasil dari benih cintanya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment