Pernikahan
seringkali menjadi momen penting yang diperhatikan dalam hidup
seseorang. Ia seolah menjadi titik start untuk memulai lembaran baru
dalam hidupnya. Bahkan tidak jarang sejak awal pernikahan, seseorang
berazam untuk memperbaiki diri dari segala kekurangan atau bahkan
bentuk-bentuk dosa yang dilakukannya.
Tak mengherankan jika hal
ini terjadi, sebab setelah ia menikah kini ia hidup tidak sendirian
lagi. Ada orang lain disampingnya yang akan membantu mengontrol tindak
tanduknya, mencermati segala aktifitasnya, memperhatikan akhlak
perangainya, melihat kekurangannya dan mengoreksi kesalahannya. Sedang
taruhannya jika ia tidak mau berusaha merubah keadaannya menjadi lebih
baik, adalah berkurangnya kecintaan dari orang yang dicintainya, atau
bahkan hancurnya rumah tangga yang dijalinnya yang dahulu ia pernah
dambakan bisa mendapatkan kebahagian bersamanya.
Sejuta harapan
dan angan-anganpun dipancangkan. Senyum kebahagiaan mengiringi langkah
awal rumahtangga untuk kemudian mengarunginya dengan bayangan harapan
yang didambakannya. Dan planningpun sudah dibentangkannya, mereka
sepakat untuk bahu-membahu meraihnya bersama orang yang dicintai. Namun
seringkali harapan dan angan-angannya itu hanya sebatas apa yang dia
inginkan dari kesenangan hidup dunia semata. Dan acapkali apa yang
mereka rencanakan hanya sebatas target-target pribadi dan pasangannya
saja , tidak lebih...!. Hidup berkelayakan, fasilitas rumahtangga
tersedia, memiliki rumah, ada kendaraan, pasangan yang mencintai dan
dicintai dan anak-anak yang berpendidikan.
Atau kalaupun
mempunyai harapan lebih, dia berangan-angan memiliki istri yang setia,
suami yang bijaksana, anak yang cerdas yang sholih dengan akhlak yang
baik, bisa membantu orang lemah dan menyambung tali silaturahmi. Tidak
ada yang salah memang dalam hal ini, apalagi dalam katagori yang kedua. Namun
sedikit sekali dari mereka yang menikah memiliki cita-cita yang lebih
besar dari hanya sekedar meraih apa yang diinginkan untuk kepentingan
pribadi dia semata.
Dalam semua kondisi, setiap orang
Mukmin yang melewati jenjang pernikahan semestinya tidak hanya
memikirkan dan menginginkan cita-cita yang bersifat pribadi saja. Akan
tetapi akan lebih baik dan lebih mulia jika dia juga memiliki cita-cita
yang lbh besar dan lbh agung,... yaitu CITA-CITA YG BERSIFAT
KEUMMATAN....yaitu untuk bisa menyebarkan islam , menegakkannya dan
memuliakannya. Ya,.. cita-cita yang
bersifat ke-UMMAT-an yang dengannya dia jadikan rumah tangga yang
dijalinnya untuk bisa ikut andil dalam tersebarnya Tauhid ke muka bumi
dan tegaknya syariat ALLÂH diatasnya.
Apalagi dalam
kondisi hari ini dimana Dienul-islam menjadi bulan-bulanan musuh ALLÂH
dan kaum muslimin seolah tidak memiliki kemuliaan lagi. Syariat ALLÂH
yang tidak ditemukan ditegakkan dimuka bumi, ummat islam yang semakin
jauh dan dijauhkan dari pemahaman islam yang lurus dan bersih,
bentuk-bentuk maksiyat yang digelontorkan oleh orang-orang kafir,
penguasa-penguasa yang menerapkan hukum jahiliyah dan lebih berwali
kepada orang-orang kafir, akhlaq mulia yang semakin pudar dari
masyarakat islam, kaum muslimin (di banyak tempat) yang dianiaya secara
fisik oleh musuh-musuh ALLÂH karena alasan keislaman mereka … dan
nilai-nilai syar’i serta syi’ar islam yang semakin disimpangkan oleh
wali-wali syaithan. Kesemunya itu akan semakin menjadi alasan mengapa
setiap pasangan orang mukmin yang beriman harus memiliki cita-cita plus
yang bersifat ke-ummat-an.
Bila kita memperhatikan generasi
pendahulu dari kalangan salaf, maka kita akan temukan bahwa mereka
memperhatikan perkara ini. Bahkan sejak awal pemilihan calon pasangan
hidupnya benar-benar diperhatikan. Ia tidak hanya sekedar pertimbangan
“cinta” dan “sayang” semata., ia juga tdk sekedar berharap hidup bahagia
dg pasangannya... !... Tetapi lebih daripada itu. Begitu pula dalam
bagamaina mereka mengarungi rumahtangganya dan mendidik anak-anaknya.
Sungguh kita akan dapatkan bahwa mereka benar-benar memiliki cita-cita
yang agung untuk menyebarkan islam dan menegakkanya, , serta
mengembalikan kemuliaan islam dan kejayaannya.
Suami
yang sholih dan mujahid, … istri yang setia dengan pengorbanannya dalam
mendampingi suami yang senantiasa disibukkan dengan urusan keummatan
dalam dakwah dan jihad Fii sabilillah.… dan anak-anak yang
digembleng dengan penuh tanggung jawab hingga mereka memiliki aqidah
yang kokoh, pemahaman islam yang dalam ,akhlak yang mulia dan keberanian
yang hebat. Sehingga anggota keluarga semuanya diarahkan untuk menjadi
pioneer-pioneer bagi menjadikan islam sebagai Dien yang dipeluk oleh
umat manusia di muka bumi, dengan segala pengorbanan yang siap
dipersembahkannya untuk kemuliaan Dien-ALLÂH.
Bila setiap
keluarga mukmin memiliki cita-cita yang agung seperti ini, niscaya ummat
islam akan memiliki harga diri kembali dihadapan ummat yang lain. Sebab
arus gelombang kebangkitan ummat akan muncul dari setiap rumah orang
mukmin diseluruh belahan dunia.
Sungguh kehidupan Ali bin abi
thalib dan Fathimah dalam mengarungi rumahtangganya dilewati dengan
segala kesulitan hidup, tetapi mereka menjadi pasangan keluarga yang
memiliki peran yang dahsyat dalam tegaknya islam dimuka bumi. Ali bin
abi thalib radhiyallahu anhu yg sibuk dg tugas2 Perang Fii
sabililillah,.. dan Fatimah radhiyallahu anha yg selalu setia mengurus
anak2 dan melayani suami dg penuh cinta kasih. Pasangan Zubair ibnu
Al-Awwam dan Asma binti Abi Bakr menjadi ikon dalam hal keberanian dan
pengorbanan yang tiada tara dalam sejarah islam, dari sinilah lahir
Abdullah bin Zubair yang gagah berani membela al-Haq sampai akhir
ajalnya atas didikan Asma yang gigih sebagai seorang ibu mujahidah,
begitu pula lahir dari rahimnya seorang ulama yang zuhud dan waro` di
zamannya,yaitu Urwah bin az-Zubair.
Ummu Sulaim dan Abu tholhah
suaminya sebagai teladan dalam hal pengorbanan menolong orang-orang
muhajirin. Keluarga ini mendapat pujian dari atas langit ketujuh karena
kesungguhannya dalam mencintai saudaranya seiman. Dari pasangan ini
lahir 9 anaknya yang kesemuanya hafal al-quran. Pasangan ini benar-benar
kokoh dan setia dalam membela Rasûlullâh Shollallâhu ´alaihi wasallam
dan al-Haq yang dibawanya, tak jarang mereka mendampingi Rasûlullâh
dalam pertempuran yang bersimbah darah melawan orang-orang kafir.
Begitu
pula al-Khansa, seorang wanita penyair kesohor dari kalangan
shahabiyah. Yang mana ketika masa jahiliyah ia senantiasa bersenandung
syair ratapan atas kematian saudaranya dimedan perang. Akan tetapi
setelah itu, saat cahaya islam telah menyinari hatinya, dia menjadi
contoh keteladanan seorang ibu dalam kerelaannya dengan kematian keempat
anaknya sebagai syuhada pejuang islam dan pendekar al-Haq. Lihatlah,…
sehari sebelum pertempuran terjadi bahkan ia memberikan semangat tempur
kepada anak-anak yang dicintainya, untuk bertempur dengan gagah berani
dan mati sebagai kesatria. Ia dengan sukacita mengantarkan kepergian 4
anaknya, dia merelakan buah hatinya dan denyut jantungnya ke kancah
jihad demi tersebarnya Tauhid dan kemuliaan islam di bumi persia ,…. Ia
berharap dapat menebus kesalahannya dimasa jahiliyah dan mengejar
ketertinggalannya dalam meraih kebaikan disisi ALLÂH sehingga ia rela
mengorbankan apa saja untuk Islam yang agung ini, satu-satunya Dien
yang ALLÂH ridhai. Dan kini ini iapun rela mengorbankan ke 4 anaknya
yang tercinta. Ia berharap dengan gugurnya keempat anaknya sebagai
syuhada, ia mendapatkan kehormatan disisi ALLÂH dalam mempersembahkan
yang terbaik untuk Dien-Nya….
Dan saat berita kematian 4 anaknya
itu sampai kepadanya, ia sungguh seorang ibu yang tegar dan agung.
Bahkan ia bangga dan bersyukur dengan berita ini seraya berkata,
“Alhamdulillah,… segala puji bagi ALLÂH yang telah memberiku kemuliaan
dengan kematian mereka. Aku berharap, ALLÂH akan mengumpulkanku dengan
mereka ditempat limpahan kasih sayang-Nya”.
Demikianlah contoh
dari para orang tua dan keluarga yang “baik”. Seperti itu pula para
shahabat yang lain , para Tabi’ien dan Tabi’ut-Tabi’ien serta para
pejuang islam dimasa lalu. Mereka benar-benar menjadikan rumah tangga
mereka menjadi sarana dan lahan subur untuk mendidik anggota keluarga
dan mencetak generasi briliyan yang cemerlang dalam agama dan kejuangan.
Suami isteri bahu membahu untuk bersama seiya sekata ikut andil dalam
perjuangan Dakwah dan Jihad, dengan segala pengorbanannya. Dan dalam
waktu yang bersamaan mereka mendidik dan mengarahkan anak-anak mereka
untuk menjadi Da’i-da’i, penyeru-penyeru ke jalan ALLÂH dan
Mujahid-mujahid, pejuang-pejuang sejati dijalan-Nya, …. Hingga
muncullah generasi yang cemerlang dalam pengetahuan Dien mereka dan
lahirnya sosok-sosok yang handal dan kokoh dari para mujahid yang
terlatih nan pemberani dalam sejarah kemuliaan islam.
Anak-anak
yang dengan gagah mengibarkan panji islam dengan segenap pengorbanan
mereka. Dengan harta mereka, dengan keringat mereka, dengan darah
mereka. Sehingga cahaya islam tetap terpancar lewat perantaraan
mereka. Diantara mereka tidak keluar dari salah satu dari 4 keistimewaan
yang dimiliki. Menjadi Mujahid yang pemberani , ...dan atau Da’i
(pendakwah islam) yang jujur, ....dan atau Ahli Ibadah yang zuhud,...
dan atau Ulama Robbaniy (ulama yang lurus).
Putaran kejayaan
islam dan kemuliaannya sangat tergantung dari seberapa besar cita-cita
dan tonggak yang dipancangkan oleh setiap mukmin hari ini. Dan salah
satunya bermula dari setiap keluarga mukmin dari rumah-rumah mereka. Setiap
pasangan suami isteri dan rumahtangga islam sudah semestinya menjadikan
rumahtangganya untuk memberikan andil terbesar bagi agama ALLÂH .
Maka tidakkah kita memiliki cita-cita yang agung dari pernikahan kita dan rumahtangga kita ....?!
*** Wallahu a’lam.
Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu
ReplyDeleteKita slalu mendoakan, semoga Ummat Muhammad Rasulullah slalu dalam Istiqomah dalam membela Dien ini...
Deleteamien..
jazzakumullah Atas comentnya... :)