Cerpen: Rantaian Kasih

“ Nayra sini nak , bunda mau bicara” “ Iya bunda kenapa ?” sahutku menimpali bunda, “ besok ada orang kaya dari medan yang mau ambil Qalysa jadi anak angkatnya, nah sebenarnya ada orang kaya dari medan juga yang mau ambil Nay jadi anak angkat, tapi bunda rasa Nay pasti bakalan gak mau kan nak, mana lagi Nay gak bisa jauh dari bunda kan”  ujar bunda sambil tersenyum sembari mengusap kepalaku.

“bunda” panggilku dengan lembut pada wanita separuh baya yang telah merawatku sejak masih kanak-kanak sampai beranjak dewasa seperti sekarang, bunda yang sedang membersihkan rak sejenak berhenti dan menatapku dengan senyum penuh kasih sayangnya, senyuman yang selalu membuatku tenang melihatnya, “iya nak, kenapa nay?”  “bunda kalau Nay boleh tahu, emang kenapa bun kok orang tua Nay kirim kesini bun di rumah kasih melati ini?, tanyaku sambil memberanikan diri karena ingin tahuku yang selama ini aku pendam, “Nayra cuma mau tahu aja bunda siapa orang tua Nay” lanjutku sambil menatap bunda,  “Nayra sayang sini nak, nanti malam ya bunda ceritanya, lagi pula Nay juga bukan anak-anak lagi dan waktunya untuk lebih mengenal diri Nayra sendiri” “iya bunda makasih ya bunda sayang pelipur hati nay. hehehehe” sambil tersenyum ku peluk sosok wanita yang kini begitu berarti bagiku. “oh ya bunda, Nay mau sharing dikit ni bun, kalau Nay ingin lanjutin kuliah ke luar negeri, nah menurut bunda gimana?”, “emang mau kemana Nay lanjutnya, lah kok jauhnya sampe luar negeri segala?”, “Nay mau ke Istanbul itu lho bunda, di Turki, pingin ambil kesenian kan pingin jadi seniman, dan juga sama ingin ambil kaligrafi di sana plus napak tilas sejarah kekuasaan dinasti Turki Utsmani” jelasku pada bunda, “duh mau kuliah atau mau jalan-jalan ni…heehehehe” timpal bunda dan kami pun tertawa riang sambil bicara tentang Turki. “iya boleh nak bunda izinin kesana, bunda dukung juga kok anak bunda buat ngejar cita-cita nya,  asal pesan bunda, sholat lima waktunya jangan lalai dan yang gak kalah penting kudu tetap busana nya muslimah ya sayang” “siap bunda…….. dont worry.. hehehe” jawabku sambil mengangkat tangan hormat seperti hormat sang prajurit pada atasannya, bunda pun tersenyum melihat ulahku dan serta merta langsung memelukku dan aku pun memeluk bunda sambil berbisik lirih ditelinganya “nay sayang bunda.. J”.
Saat sedang cerita sama bunda tentang Turki dan perkuliahan, tiba – tiba Adinda datang lalu menghampiriku dan langsung duduk atas pangkuan ku, dia memang akrab dengan ku , Aku pun sudah menganggap dia sebagai adikku sendiri, karena kami para penghuni rumah kasih melati bunda ini sudah seperti kelurga sendiri. “Kak Nay, kenapa cih libut – libut ?” dengan suara cadelnya bertanya kepadaku. Usia Adinda masih empat tahun, dia begitu lucu bagiku, wajar cara bicaranya yang lucu juga wajahnya yang imut membuatku gemas saat berbicara dengannya. “Adinda.. kak Nay bentar lagi mau ikut test kuliah ke luar negeri nak” “emang luar negeri itu dimana bunda, dekat pasal apa dekat sungai” Tanya nya mencari tahu, aku dan bunda pun tertawa lucu mendengarnya,  “luar  negeri itu diluar Indonesia Dinda” jelasku singkat pada Adinda, “Jauh enggak bun ? Dinda enggak mau jauh ama kak Na “. Ucapnya sambil memamerkan wajah manyunnya. Dinda memang selalu memanggil ku dengan sebutan kak Na karena dia susah untuk menyebutkan Nay. “ Adinda sayang, kak Na cuma mau belajar kok disana,  bukan mu pergi ninggalin Dinda sayang”, dengan lembut ku cubit pipinya yang gembul itu, “ Kak Na jangan lupa tepon – tepon Dinda ya kalau dah kuliah dicana, janji ya kak, oke kak?”  sambil dia menjulurkan jari kelinking mungilnya itu. Akupun menjulurkan jari kelingkingku tanda deal sepakat, “iya kak na janji”.
Akhirnya hari yang di nanti pun tiba, hari dimana akan menjadi penentu apakah namaku tercantum dalam daftar penerima beasiswa untuk ke Istanbul atau tidak, yang mana itu artinya jika terdapat namaku dalam daftar penerima beasiswa maka aku pun akan berangkat ke Istanbul untuk merajut mimpi-mimpiku menjadi lebih indah lewat dunia study, atau jika tidak tercantum maka takdirku untuk tetap berada dibumi pertiwi. Alhamdulillah ternyata aku diterima dalam program beasiswa yang itu artinya mimpiku untuk ke Turki akan menjadi kenyataan, aku pun berulang kali mengucap hamdalah, hatiku terasa bahagia penuh syukur atas karunia ini, segera ku kabari bunda dan kami pun berpelukan bahagia mendengar berita ini.
Aku pun mempersiapkan segala hal  yang kubutuhkan, pun bunda membantu melipat baju-baju serta beberapa keperluan lainnya, karena bulan depan aku akan berangkat untuk menuju ke Negara impian ku tempat untuk meneruskan mimpi-mimpi yang pernah ku damba di masa-masa sekolah dulu.
Pesawat Garuda Indonesia Airlines pun mendarat dengan mulus di bandara Turki, tampak kemegahan yang luar biasa yang jauh berbeda dengan Soekarno-Hatta, dalam hatiku pun berdecak kagum bercampur bahagia telah tiba dengan selamat. Aku bersama beberapa mahasiswa dan mahasiswi lain segera menuju tempat kedatangan, dan tampak dari kejauhan beberapa orang yang berseragam rapi plus dengan dasi dan jas hitam yang terdapat lambang pin garuda di sebelah kiri jas, nah mereka perwakilan dari KBRI Turki yang memang hendak menjemput kami. “ Selamat datang para duta bangsa, semoga kalian berhasil mengharumkan nama tanah air kita tercinta dan sukses mengukir prestasi di bumi Turki Utsmani ini” sambut dari pihak KBRI dengan ramahnya, kami pun tersenyum bahagia merasakan kehangatan sambutan khas ini yang penuh dengan keramahan lagi santun, kami berucap terimakasih atas penyambutan ini dan selang beberapa saat kmudian kemudian beranjak meninggalkan bandara dengan bus mini KBRI.
Setelah dua hari aku telah berada di bumi Turki Utsmani, aku rasakan nuansa yang berbeda dengan tanah air, dan disini aku juga perlahan adaptasi dengan lingkungan ini, terlebih banyak juga kawan - kawan, ada yang dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan tempat lainnya. Aku pun merasa rindu sudah dengan bunda, lantas meminta pada kakak senior yang baru ku kenal, kak Delvi namanya untuk membantuku menghubungi buda, “Nay mau beli pulsa yang berapa dek?” Tanya kak Delvi padaku, “ yang sepuluh euro aja kak, biar lama telpon ama bunda, kan Nay kangen meskipun baru dua hari, heheh “ sahutku sambil tertawa lucu, tak seberapa lama kemudian kak Delvi datang menghampiriku dan memberiku account telpon via internet, dan aku pun segera duduk manis di depan layar monitor laptopku dan siap untuk melepas rindu dengan bunda, Tuuut tuuut tuut “ suara sambungan telp, “assalamualaikum” sahut suara di seberang sana, suara khas bunda yang sudah ku kenal “wa’alaikumsalam bundaaaaaaaaa ini nayraa” , kami pun bercerita panjang lebar hingga akhirnya tak terasa hampIr satu jam bercengkrama dengan bunda di telpon. Bahagianya hatiku mendengar suara wanita yang begitu aku sayangi.
Empat tahun kemudian….
Detik jarum jam terus bergulir mengitari angka-angka, pun begitu dengan hari, minggu, bulan, hingga tahun pun berganti, tanpa terasa sudah empat tahun lamanya aku berada di negeri penuh pesona ini. Hatiku kini terasa dag dig dug berdebar gak karuan karena sebentar lagi akan berjumpa dengan wajah wajah tercinta bunda dan adik yang telah lama hanya lewat foto ku tatap wajah mereka, pesawat yang ku tumpangi pun mendarat di bandara Polonia Medan,  setelah turun segera bergegas  aku menuju tempat pengambilan barang , dan setelah itu langsung menarik koper gelindingku menuju ke arah ruang tunggu, tampak sosok yang ku kenal, iyaa itu bunda itu bundaaaaaa aku pun berlari dan memanggilnya “bundaaaaa, bundaaaaaaa, adikkkk  adikk” “nayraaa, nayraaaa” kami pun bertemu dan aku langsung memeluk bunda dengan hangat, meluapkan segala rasa rindu yang selama ini hanya lewat foto dan telpon, “duh tambah cantiknya Nayra ni, “ , “ iya kak Nay tambah manis tambah cantik ya bunda, wah banyak yang suka ni” ujar adikku lucu,  aku pun tersipu malu sembari berujar “duh bunda ihhh bias aja, tetep kok bunda gak ada yang berubah,  cuma mungkin tambah gemuk dikit aja, hehehe…”, ada juga sosok dua orang lelaki, dan seorang wanita, akupun tersenyum pada mereka, salah seorang pemuda mengulurkan tangannya untuk bersalaman denganku, namun aku acuh, cuek seolah tidak tahu menahu, hihihihi. kami pun tersenyum dan tertawa riang dan segera menuju ke arah mobil  untuk pulang.
Didalam mobil aku duduk bersebelahan dengan pemuda yang tadi hendak menyalami ku, “boleh kenalan dek?” Tanya nya tiba-tiba padaku, “nama abang Ashraf” imbuhnya memperkenalkan diri, sejenak kupandangi dirinya yang kenakan seragam putih, ya aku rasa dia adalah seorang dokter, “ nama saya Nayra bang” “ salam kenal ya” jawabnya sambil tersenyum, “Ara study sampe Turki ambil konsentrasi jurusan apa di sana?” belum aku menjawab tentang yang ia tanyakan, aku menimpalinya dan berkata “ bukan Ara abang, tapi Nayra, bukan Ara”, ia pun kembali menjawab “tapi abang mau panggil Ara aja, hehehe”, “ iya bang terserah abang aja gimana enaknya Nay ambil konsentrasi study Art bang di Istanbul Turki”, ia pun kembali menjawab “wah luar biasa ya, seorang seniman yang shalihah” sambil tersenyum ujarnya. Aku yang kantuk pun hanya tersenyum tipis, hingga akhirnya tanpa kuat lagi menahan kantuk, aku pun terlelap tanpa mampu kuhindarkan lagi kepalaku bertopang pada pundak pemuda disebelahku ini.
Kepalaku masih agak terasa pusing, namun sudah lebih reda dan lebih ringan, namun aku heran sebangun tidur, karena ku tatap disekelilingku, ini bukan kamarku, karena kamarku bukanlah begini, aku pun mengenakan jilbab ku, lalu keluar ke arah ruang depan yang tampak ada suara bunda dan adik serta beberapa yang lain, “bunda tadi Nay lelah jadi tertidur, bunda  ini dimana?” tanyaku penuh keheranan,  bunda pun tampak tersenyum, seolah sedang sambil bekata sampaikan sesuatu padaku. “Nayra sayang, ini rumah orang tua Nay nak, ini papa dan mama Nay dan juga bang Ashraf itu abang Nay “ jawab bunda sambil sedikit terharu sambil masih tersungging senyum di bibirnya, aku masih heran belum mengerti, bunda pun menjelaskan perlahan padaku bahwa dua orang lelaki dan seorang wanita yang turut menjemput di bandara tidak lain dan tidak bukan adalah keluarga kandungku, aku pun terharu, serta merta ku peluk sosok yang tak lain adalah papa dan mama kandungku, aku pun bahagia sambil terharu dipelukan mereka. “ Ara sudah lama mama merindukan Ara”, wanita yang tidak lain adalah mamaku memelukku penuh kehangatan dan berulang kali mencium pipi dan keningku,”iya mama, akhirnya Nay dapatkan keluarga Nay” ujarku masih dengan terharu. Terlihat bunda sambil meneteskan air mata karena bahagia atas pertemuanku dengan keluargaku. Setelah bercerita panjang lebar termasuk tentang dititipkan dan di asuh oleh bunda, aku pun kini mengerti kisahku.
“Nay, bunda mau balik ya ke rumah kasih, masih ada keperluan yang perlu bunda urusin,” “duh bunda kenapa buru-buru?”  ujarku memanja karena masih ingin ditemani bunda, bunda pun terseyum dan aku pun memeluknya erat karena bagaimana pun bunda adalah sosok wanita yang penuh arti bagiku, “bunda, nanti Nay akan main-main kesana ya, Nay pasti kangen bunda dan adik manis lucu ini di rumah kasih” ujarku sambil tersenyum sambil ku cubit pipi adik yang lucu, “iya kak Nay jangan lupa yah main ke rumah kasih, entar bawa oleh-oleh ya” ujarnya lucu, dan kami pun menimpalinya dengan gelak tawa. Bunda pun pergi diantar oleh supir. Aku pun menikmati kebersamaan dengan keluarga ku yang telah sekian lama berpisah dan baru ku jumpai saat ini, “Ara” sahut papa padaku sambil tersenyum, “iya pa, papa senyum-senyum kenapa ni? ” tanyaku mencari tau, “papa ada sesuatu buat Ara” sambil tersenyum papa menatapku, “wah papa emang apa sih kok pake rahasia segala”, papa pun mengambil sebuah kunci dengan gantungan hello kitty lalu lantas berkata : ini buat Ara sayang” “duh papa ini kunci apa emangnya, Nay masih heran pa?” tanyaku masih diliputi kebingungan, “ini kunci ruang galeri seni sayang yang papa dan mama buat khusus sebagai hadiah buat Ara” sambil tersenyum riang aku pun memeluk papa, mama dan abang, “papa, mama, abang, makasih ya atas semua ini” kami pun tenggelam dalam hangatnya cinta kasih keluarga, dalam hati aku bersyukur atas segala karunia ini, sembari kutanamkan tekad dalam hati dan berkata dalam hatiku “lewat galeri seni ini nanti, akan ku telurkan karya seni yang menjadi kebangggaan bagi papa, mama dan abang”.. “aku begitu mencintai kalian….” Kami pun menikmati hangatnya keakraban cinta kasih keluarga ini.

(high of aspiration)

0 komentar:

Post a Comment