“ Nayra sini nak , bunda mau bicara” “ Iya bunda
kenapa ?” sahutku menimpali bunda, “ besok ada orang kaya dari medan yang mau
ambil Qalysa jadi anak angkatnya, nah sebenarnya ada orang kaya dari medan juga
yang mau ambil Nay jadi anak angkat, tapi bunda rasa Nay pasti bakalan gak mau
kan nak, mana lagi Nay gak bisa jauh dari bunda kan” ujar bunda sambil tersenyum sembari mengusap
kepalaku.
“bunda”
panggilku dengan lembut pada wanita separuh
baya yang telah merawatku sejak masih kanak-kanak sampai beranjak dewasa
seperti sekarang, bunda yang sedang membersihkan rak sejenak berhenti
dan
menatapku dengan senyum penuh kasih sayangnya, senyuman yang selalu
membuatku
tenang melihatnya, “iya nak, kenapa nay?”
“bunda kalau Nay boleh tahu, emang kenapa bun kok orang tua Nay kirim
kesini bun di rumah kasih melati ini?, tanyaku sambil memberanikan diri
karena ingin tahuku yang selama ini aku pendam, “Nayra cuma mau tahu aja
bunda
siapa orang tua Nay” lanjutku sambil menatap bunda, “Nayra sayang sini
nak, nanti malam ya bunda
ceritanya, lagi pula Nay juga bukan anak-anak lagi dan waktunya untuk
lebih
mengenal diri Nayra sendiri” “iya bunda makasih ya bunda sayang pelipur
hati
nay. hehehehe” sambil tersenyum ku peluk sosok wanita yang kini begitu
berarti
bagiku. “oh ya bunda, Nay mau sharing dikit ni bun, kalau Nay ingin
lanjutin
kuliah ke luar negeri, nah menurut bunda gimana?”, “emang mau kemana Nay
lanjutnya, lah kok jauhnya sampe luar negeri segala?”, “Nay mau ke
Istanbul itu
lho bunda, di Turki, pingin ambil kesenian kan pingin jadi seniman, dan
juga
sama ingin ambil kaligrafi di sana plus napak tilas sejarah kekuasaan
dinasti
Turki Utsmani” jelasku pada bunda, “duh mau kuliah atau mau jalan-jalan
ni…heehehehe” timpal bunda dan kami pun tertawa riang sambil bicara
tentang
Turki. “iya boleh nak bunda izinin kesana, bunda dukung juga kok anak
bunda
buat ngejar cita-cita nya, asal pesan
bunda, sholat lima waktunya jangan lalai dan yang gak kalah penting kudu
tetap
busana nya muslimah ya sayang” “siap bunda…….. dont worry.. hehehe”
jawabku sambil mengangkat tangan hormat seperti hormat sang prajurit pada
atasannya, bunda pun tersenyum melihat ulahku dan serta merta langsung
memelukku dan aku pun memeluk bunda sambil berbisik lirih ditelinganya “nay
sayang bunda.. J”.
Saat sedang cerita sama bunda tentang Turki dan
perkuliahan, tiba – tiba Adinda datang lalu menghampiriku dan langsung duduk
atas pangkuan ku, dia memang akrab dengan ku , Aku pun sudah menganggap dia
sebagai adikku sendiri, karena kami para penghuni rumah kasih melati bunda ini
sudah seperti kelurga sendiri. “Kak Nay, kenapa cih libut – libut ?” dengan
suara cadelnya bertanya kepadaku. Usia Adinda masih empat tahun, dia begitu
lucu bagiku, wajar cara bicaranya yang lucu juga wajahnya yang imut membuatku
gemas saat berbicara dengannya. “Adinda.. kak Nay bentar lagi mau ikut test
kuliah ke luar negeri nak” “emang luar negeri itu dimana bunda, dekat pasal apa
dekat sungai” Tanya nya mencari tahu, aku dan bunda pun tertawa lucu
mendengarnya, “luar negeri itu diluar Indonesia Dinda” jelasku
singkat pada Adinda, “Jauh enggak bun ? Dinda enggak mau jauh ama kak Na “.
Ucapnya sambil memamerkan wajah manyunnya. Dinda memang selalu memanggil ku
dengan sebutan kak Na karena dia susah untuk menyebutkan Nay. “ Adinda sayang,
kak Na cuma mau belajar kok disana,
bukan mu pergi ninggalin Dinda sayang”, dengan lembut ku cubit pipinya
yang gembul itu, “ Kak Na jangan lupa tepon – tepon Dinda ya kalau dah kuliah
dicana, janji ya kak, oke kak?” sambil
dia menjulurkan jari kelinking mungilnya itu. Akupun menjulurkan jari kelingkingku
tanda deal sepakat, “iya kak na janji”.
Akhirnya hari yang di nanti pun tiba, hari dimana akan
menjadi penentu apakah namaku tercantum dalam daftar penerima beasiswa untuk ke
Istanbul atau tidak, yang mana itu artinya jika terdapat namaku dalam daftar
penerima beasiswa maka aku pun akan berangkat ke Istanbul untuk merajut mimpi-mimpiku
menjadi lebih indah lewat dunia study, atau jika tidak tercantum maka takdirku
untuk tetap berada dibumi pertiwi. Alhamdulillah ternyata aku diterima dalam
program beasiswa yang itu artinya mimpiku untuk ke Turki akan menjadi
kenyataan, aku pun berulang kali mengucap hamdalah, hatiku terasa bahagia penuh
syukur atas karunia ini, segera ku kabari bunda dan kami pun berpelukan bahagia
mendengar berita ini.
Aku pun mempersiapkan segala hal yang kubutuhkan, pun bunda membantu melipat
baju-baju serta beberapa keperluan lainnya, karena bulan depan aku akan
berangkat untuk menuju ke Negara impian ku tempat untuk meneruskan mimpi-mimpi
yang pernah ku damba di masa-masa sekolah dulu.
Pesawat Garuda Indonesia Airlines pun mendarat dengan
mulus di bandara Turki, tampak kemegahan yang luar biasa yang jauh berbeda
dengan Soekarno-Hatta, dalam hatiku pun berdecak kagum bercampur bahagia telah
tiba dengan selamat. Aku bersama beberapa mahasiswa dan mahasiswi lain segera
menuju tempat kedatangan, dan tampak dari kejauhan beberapa orang yang
berseragam rapi plus dengan dasi dan jas hitam yang terdapat lambang pin garuda
di sebelah kiri jas, nah mereka perwakilan dari KBRI Turki yang memang hendak
menjemput kami. “ Selamat datang para duta bangsa, semoga kalian berhasil
mengharumkan nama tanah air kita tercinta dan sukses mengukir prestasi di bumi
Turki Utsmani ini” sambut dari pihak KBRI dengan ramahnya, kami pun tersenyum
bahagia merasakan kehangatan sambutan khas ini yang penuh dengan keramahan lagi
santun, kami berucap terimakasih atas penyambutan ini dan selang beberapa saat
kmudian kemudian beranjak meninggalkan bandara dengan bus mini KBRI.
Setelah dua hari aku telah berada di bumi Turki Utsmani, aku rasakan nuansa yang berbeda dengan tanah air, dan disini aku juga
perlahan adaptasi dengan lingkungan ini, terlebih banyak juga kawan - kawan,
ada yang dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan tempat lainnya. Aku pun merasa
rindu sudah dengan bunda, lantas meminta pada kakak senior yang baru ku kenal,
kak Delvi namanya untuk membantuku menghubungi buda, “Nay mau beli pulsa yang
berapa dek?” Tanya kak Delvi padaku, “ yang sepuluh euro aja kak, biar lama
telpon ama bunda, kan Nay kangen meskipun baru dua hari, heheh “ sahutku sambil
tertawa lucu, tak seberapa lama kemudian kak Delvi datang menghampiriku dan
memberiku account telpon via internet, dan aku pun segera duduk manis di depan
layar monitor laptopku dan siap untuk melepas rindu dengan bunda, Tuuut tuuut
tuut “ suara sambungan telp, “assalamualaikum” sahut suara di seberang sana,
suara khas bunda yang sudah ku kenal “wa’alaikumsalam bundaaaaaaaaa ini nayraa”
, kami pun bercerita panjang lebar hingga akhirnya tak terasa hampIr satu jam
bercengkrama dengan bunda di telpon. Bahagianya hatiku mendengar suara wanita
yang begitu aku sayangi.
Empat tahun kemudian….
Detik jarum jam terus bergulir mengitari angka-angka,
pun begitu dengan hari, minggu, bulan, hingga tahun pun berganti, tanpa terasa
sudah empat tahun lamanya aku berada di negeri penuh pesona ini. Hatiku kini
terasa dag dig dug berdebar gak karuan karena sebentar lagi akan berjumpa
dengan wajah wajah tercinta bunda dan adik yang telah lama hanya lewat foto ku
tatap wajah mereka, pesawat yang ku tumpangi pun mendarat di bandara Polonia
Medan, setelah turun segera
bergegas aku menuju tempat pengambilan
barang , dan setelah itu langsung menarik koper gelindingku menuju ke arah
ruang tunggu, tampak sosok yang ku kenal, iyaa itu bunda itu bundaaaaaa aku pun
berlari dan memanggilnya “bundaaaaa, bundaaaaaaa, adikkkk adikk” “nayraaa, nayraaaa” kami pun bertemu
dan aku langsung memeluk bunda dengan hangat, meluapkan segala rasa rindu yang
selama ini hanya lewat foto dan telpon, “duh tambah cantiknya Nayra ni, “ , “
iya kak Nay tambah manis tambah cantik ya bunda, wah banyak yang suka ni” ujar
adikku lucu, aku pun tersipu malu
sembari berujar “duh bunda ihhh bias aja, tetep kok bunda gak ada yang
berubah, cuma mungkin tambah gemuk dikit
aja, hehehe…”, ada juga sosok dua orang lelaki, dan seorang wanita, akupun tersenyum
pada mereka, salah seorang pemuda mengulurkan tangannya untuk bersalaman
denganku, namun aku acuh, cuek seolah tidak tahu menahu, hihihihi. kami pun
tersenyum dan tertawa riang dan segera menuju ke arah mobil untuk pulang.
Didalam
mobil aku duduk bersebelahan dengan pemuda
yang tadi hendak menyalami ku, “boleh kenalan dek?” Tanya nya tiba-tiba
padaku,
“nama abang Ashraf” imbuhnya memperkenalkan diri, sejenak kupandangi
dirinya
yang kenakan seragam putih, ya aku rasa dia adalah seorang dokter, “
nama saya Nayra bang” “ salam kenal ya” jawabnya sambil tersenyum, “Ara study sampe Turki
ambil konsentrasi jurusan apa di sana?” belum aku menjawab tentang yang ia
tanyakan, aku menimpalinya dan berkata “ bukan Ara abang, tapi Nayra, bukan
Ara”, ia pun kembali menjawab “tapi abang mau panggil Ara aja, hehehe”, “ iya
bang terserah abang aja gimana enaknya Nay ambil konsentrasi study Art bang di
Istanbul Turki”, ia pun kembali menjawab “wah luar biasa ya, seorang seniman
yang shalihah” sambil tersenyum ujarnya. Aku yang kantuk pun hanya tersenyum
tipis, hingga akhirnya tanpa kuat lagi menahan kantuk, aku pun terlelap tanpa
mampu kuhindarkan lagi kepalaku bertopang pada pundak pemuda disebelahku ini.
Kepalaku masih agak terasa pusing, namun sudah lebih
reda dan lebih ringan, namun aku heran sebangun tidur, karena ku tatap
disekelilingku, ini bukan kamarku, karena kamarku bukanlah begini, aku pun
mengenakan jilbab ku, lalu keluar ke arah ruang depan yang tampak ada suara
bunda dan adik serta beberapa yang lain, “bunda tadi Nay lelah jadi tertidur, bunda ini dimana?” tanyaku penuh
keheranan, bunda pun tampak tersenyum,
seolah sedang sambil bekata sampaikan sesuatu padaku. “Nayra sayang, ini rumah
orang tua Nay nak, ini papa dan mama Nay dan juga bang Ashraf itu abang Nay “
jawab bunda sambil sedikit terharu sambil masih tersungging senyum di bibirnya,
aku masih heran belum mengerti, bunda pun menjelaskan perlahan padaku bahwa dua
orang lelaki dan seorang wanita yang turut menjemput di bandara tidak lain dan
tidak bukan adalah keluarga kandungku, aku pun terharu, serta merta ku peluk
sosok yang tak lain adalah papa dan mama kandungku, aku pun bahagia sambil
terharu dipelukan mereka. “ Ara sudah lama mama merindukan Ara”, wanita yang
tidak lain adalah mamaku memelukku penuh kehangatan dan berulang kali mencium
pipi dan keningku,”iya mama, akhirnya Nay dapatkan keluarga Nay” ujarku masih
dengan terharu. Terlihat bunda sambil meneteskan air mata karena bahagia atas
pertemuanku dengan keluargaku. Setelah bercerita panjang lebar termasuk tentang
dititipkan dan di asuh oleh bunda, aku pun kini mengerti kisahku.
“Nay, bunda mau balik ya ke rumah kasih, masih ada
keperluan yang perlu bunda urusin,” “duh bunda kenapa buru-buru?” ujarku memanja karena masih ingin ditemani
bunda, bunda pun terseyum dan aku pun memeluknya erat karena bagaimana pun
bunda adalah sosok wanita yang penuh arti bagiku, “bunda, nanti Nay akan
main-main kesana ya, Nay pasti kangen bunda dan adik manis lucu ini di rumah
kasih” ujarku sambil tersenyum sambil ku cubit pipi adik yang lucu, “iya kak
Nay jangan lupa yah main ke rumah kasih, entar bawa oleh-oleh ya” ujarnya lucu,
dan kami pun menimpalinya dengan gelak tawa. Bunda pun pergi diantar oleh
supir. Aku pun menikmati kebersamaan dengan keluarga ku yang telah sekian lama
berpisah dan baru ku jumpai saat ini, “Ara” sahut papa padaku sambil tersenyum,
“iya pa, papa senyum-senyum kenapa ni? ” tanyaku mencari tau, “papa ada sesuatu buat
Ara” sambil tersenyum papa menatapku, “wah papa emang apa sih kok pake rahasia
segala”, papa pun mengambil sebuah kunci dengan gantungan hello kitty lalu
lantas berkata : ini buat Ara sayang” “duh papa ini kunci apa emangnya, Nay
masih heran pa?” tanyaku masih diliputi kebingungan, “ini kunci ruang galeri
seni sayang yang papa dan mama buat khusus sebagai hadiah buat Ara” sambil
tersenyum riang aku pun memeluk papa, mama dan abang, “papa, mama, abang,
makasih ya atas semua ini” kami pun tenggelam dalam hangatnya cinta kasih
keluarga, dalam hati aku bersyukur atas segala karunia ini, sembari kutanamkan
tekad dalam hati dan berkata dalam hatiku “lewat galeri seni ini nanti, akan ku
telurkan karya seni yang menjadi kebangggaan bagi papa, mama dan abang”.. “aku
begitu mencintai kalian….” Kami pun menikmati hangatnya keakraban cinta kasih
keluarga ini.
(high of aspiration)
0 komentar:
Post a Comment